Info : 0857 1100 4404

18
Okt

Maghfirah

Oleh: Dr. Mohammad Nasih (Pengajar di Program Pascasarjana Ilmu Politik UI dan FISIP UMJ; Guru Utama di Rumah Perkaderan Monash Institute)

Maghfirah berasal dari kata gha-fa-ra, ya-gh-fi-ru, ma-gh-fi-ra-tan. Kata kerja bentuk lampau (madli)nya hanya berbeda satu huruf dengan ka-fa-ra. Biasanya, dalam bahasa Indonesia, diartikan dengan mengampuni. Namun, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan kata “mengampuni” tidak begitu jelas. Dengan memahami makna literal kata maghfirah ini, akan diketahui dengan lebih mudah, apa yang dimaksud dengan ampunan.

Kata ghafara memiliki arti yang mirip dengan kafara, yakni satara (menutup). Karena itu, maghfirah atau ampunan sesungguhnya bermakna tertutupnya dosa-dosa. Karena tertutup, maka dosa-dosa tersebut tidak dilihat atau diketahui oleh orang lain, sehingga tidak berdampak merusak harkat dan martabat di mata banyak orang. Walaupun maka kafara dan ghafara sama-sama menutupi, tetapi secara teknis cara menutupi tersebut berbeda. Gambaran ghafara adalah seperti rambut yang tumbuh kemudian membuat kulit kepada menjadi tertutup oleh kelebatannya.

Setiap manusia memiliki kekurangan. Dalam pepatah Arab, bahkan dikatakan bahwa “manusia adalah tempat salah dan lupa (al-insân mahall al-khatha’ wa al-nisyân)”. Sebaik-baik manusia, selain rasul yang ma’shûm, pasti pernah melakukan kesalahan. Namun, ia bisa tetap memiliki kepercayaan diri dan dipercaya orang lain, karena kesalahan-kesahalan tersebut ditutup rapat-rapat oleh Allah Swt..

Al-Qur’an mengetengahkan sikap memohon ampunan terhadap dosa-dosa tersebut disampaikan oleh orang-orang beriman:

(Yaitu) orang-orang yang berdo’a: ‘Wahai Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari adzab neraka.’” (Ali Imran: 16).

Dalam ayat yang lain, al-Qur’an menyampaikan do’a orang-orang beriman dengan ungkapan yang mirip: “Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah keburukan-keburukan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang berbakti.” (Ali Imran: 193)

Dalam konteks ayat tersebut, kata ampunan terasa sangat cocok dipahami sebagai tutup. Orang-orang yang beriman dengan kerendahan diri memohon agar Tuhan menutup dosa-dosa yang telah mereka lakukan.

Karena itulah, setiap orang yang meninggal dunia, dimohonkan maghfirah oleh orang-orang yang menshalatkannya. Maksudnya adalah jangan sampai aib-aibnya dibongkar, sehingga bisa membuat nama baik orang yang telah meninggal tersebut tercoreng. Biarlah yang dikenang oleh orang-orang yang masih hidup adalah kebaikan-kebaikannya saja. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Leave a Reply